bisnis
Kuwait diprediksi surplus pada 2019
Menurut BMI Research, negara Arab teluk ini hanya akan mengalami defisit pada 2016, 2017, dan 2018.
16 September 2016 04:05Ibu Kota Kuwait City, Kuwait. (emirates.com)
Faisal Assegaf
Kuwait hanya akan mengalami defisit anggaran sementara dan negara Arab Teluk ini diperkirakan bakal kembali surplus paling lambat 2019, lantaran harga minyak mentah global anjlok sejak pertengahan 2014 akan melonjak.
Laporan terbaru dari BMI Research menyebutkan jumlah utang pemerintah masih bisa diabaikan selama satu dasawarsa mendatang meski harga minyak tetap rendah, rata-rata US$ 67 sebarel.
BMI Research menyatakan pemerintah Kuwait akan mencari sumber pendapatan dari sektor non-minyak, termasuk menerapkan VAT (pajak pertambahan nilai) seperti sudah disepakati enam negara Arab Teluk paling lambat 2018. Kuwait juga telah menghapus subsidi bahan bakar.
"Upaya-upaya itu tidak akan mampu menutup kekurangan pendapatan dari sektor minyak," kata BMI Research. "Kami memperkirakan total pendapatan Kuwait bakal kembali ke level 2014 (sebelum harga minyak jatuh) hanya di akhir dekade ini."
Menurut the Sovereign Wealth Fund Institute, hingga akhir tahun lalu, cadangan dimiliki Kuwait di luar negeri senilai US$ 592 miliar, cukup untuk menutup defisit tengah dihadapi.
BMI Researh menjelaskan dengan melorotnya harga minyak dan sedikitnya pemotongan anggaran, Kuwait akan tetap mengalami defisit tahun depan. "Dalam pandangan kami, pemerintah Kuwait hanya akan menghadapi defisit tiga tahun (2016, 2017, dan 2018)," ujar BMI Research. "Mulai 2019, harga minyak akan pulih dan itu cukup untuk mengembalikan anggaran negara menjadi surplus.
Seperti lima negara Arab Teluk lainnya - Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman - Kuwait mengandalkan pendapatan negara dari penjualan minyak. Lebih dari 90 persen pendapatan Kuwait berasal dari sektor minyak selama lebih dari satu dekade terakhir.