bisnis
Utang Arab Saudi melonjak 1.560 persen sejak Raja Salman berkuasa
Di akhir tahun lalu, utang negara Kabah itu mencapai Rp 2.719 triliun. Padahal sampai 2014, utang Saudi hanya Rp 175 triliun.
19 Mei 2020 00:57Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz dan Presiden Joko Widodo berdiri di teras Istana Bogor, di sela pertemuan bilateral dilakoni kedua pemimpin itu pada 1 Maret 2017. (Dokumentasi Albalad.co)
Faisal Assegaf
Utang pemerintah Arab Saudi melonjak 1.560 persen sejak Raja Salman bin Abdul Aziz berkuasa pada Januari 2015, menurut data dilansir Bank Dunia.
Di akhir tahun lalu, utang negara Kabah itu mencapai US$ 183,7 miliar (kini setara Rp 2.719 triliun). Padahal sampai 2014, utang Saudi hanya US$ 11,8 miliar (Rp 175 triliun).
Menteri Keuangan Arab Saudi Muhammad al-Jadaan telah mengumumkan pemerintah berencana mengutang lagi sebesar US$ 58 miliar (Rp 858,5 triliun) tahun ini. Dia memprediksi jumlah utang Saudi hingga akhir 2020 tidak akan lebih dari US$ 100 miliar.
Namun Jadwa Investment Company, perusahaan investasi di Arab Saudi, memperkirakan utang pemerintah negara Kabah itu tahun ini mencapai 855 miliar riyal (kini setara Rp 3.430 triliun).
Sila baca: Utang pemerintah Saudi tahun ini diperkirakan mencapai Rp 3.430 triliun
Jatuhnya harga minyak dan dihentikannya umrah serta haji lantaran wabah virus corona Covid-19 telah menyebabkan pendapatan Saudi anjlok. Hal ini diperparah dengan biaya perang di Yaman, intervensi di Libya, Suriah, dan negara Arab lainnya.
Sila baca: Salah urus Bin Salman dan kebangkrutan ekonomi Saudi
Arab Saudi - negara dengan kekuatan eknomi terbesar di dunia Arab - mulai mengalami defisit setelah harga minyak mentah global melorot pada pertengahan 2014. IMF (Dana Moneter Internasional) pernah memprediksi negeri Dua Kota Suci ini bebas dari defisit pada 2023.