buku
Jasa Israel dalam pembentukan Hamas
Negara Bintang Daud ini meyakini Syekh Yasin hanya mengajarkan soal Al-Quran, bukan mengajak warga Gaza melawan Israel.
20 Juni 2015 04:04Abdul Ghani, putra dari mendiang Syekh Ahmad Yasin, di rumahnya di Kota Gaza, 24 Oktober 2012, menunjukkan jubah dipakai saat Syekh Yasin tewas terkena hantaman peluru kendali Israel. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Adalah Syekh Ahmad Yasin merintis berdirinya Hamas lewat Al-Mujamma al-Islamiyah dibentuk pada 1973 di Kota Gaza. Israel akhirnya mengakui lembaga amal ini enam tahun kemudian. Negara Zionis ini lantas mengizinkan organisasi itu membangun masjid, panti asuhan, klub olah raga, sekolah, universitas, perpustakaan, klinik, dan rumah sakit.
Israel memberi kebebasan terhadap Syekh Yasin mengembangkan organisasinya itu. Mereka memandang Al-Mujamma al-Islamiyah sebagai tandingan terhadap kelompok sekuler Fatah mendominasi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) ketika itu dianggap sebagai kelompok teroris. Negara Bintang Daud ini meyakini Syekh Yasin hanya mengajarkan soal Al-Quran, bukan mengajak warga Gaza melawan Israel, seperti dikutip dari buku Gaza: Simbol Perlawanan dan Kehormatan karya Faisal Assegaf.
"Hamas, benar-benar saya sesalkan, adalah ciptaan Israel," kata Avner Cohen, orang Yahudi kelahiran Tunisia pernah bekerja di Gaza lebih dari dua dasawarsa. Dia bertanggung jawab atas urusan agama di Gaza hingga 1994. Dia mengungkapkan pada pertengahan 1970-an mulai mendengar banyak laporan, Syekh Yasin bakal menjadi ancaman besar buat Israel lantaran dia lebih tertarik ke politik ketimbang agama.
David Hacham, pernah bertugas di Gaza pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an sebagai ahli Arab di militer Israel, mengakui negaranya telah membuat kesalahan dengan membiarkan Al-Mujamma al-Islamiyah berkembang menjadi besar. "Namun saat itu tidak seorang pun berpikir bakal terjadi seperti sekarang," ujarnya.
Hal ini tidak lepas dari kebijakan non-intervensi bikinan Moshe Dayan, akhirnya menjadi menteri pertahanan Israel saat Partai Buruh berkuasa. Tujuannya merespon keinginan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Mereka dibebaskan membuat organisasi non-politik sepanjang lembaga-lembaga ini mengikuti aturan Israel dan tidak mengancam keamanan mereka. Kelompok-kelompok berbasis agama, termasuk Al-Mujamma al-Ismaiyah, paling diuntungkan atas situasi ini.
Semasa menjabat gubernur Gaza pada akhir 1979, Brigadir Jenderal Yitzhak Segev lusinan kali bertemu Syekh Yasin di masjidnya. Dia menjelaskan kontak rutin ini merupakan bagian dari pengawasannya terhadap kegiatan Syekh Yasin. Segev bahkan mempersiapkan pengobatan Syekh Yasin di Israel. "Musuh kami adalah Fatah dan syekh seratus persen damai terhadap Israel. Kami tidak bermasalah dengan dia," tuturnya.
Setelah mendapat bocoran dari penyokong Fatah, Israel menangkap Syekh Yasin pada 1984 setelah menemukan bukti banyak senjata disimpan di dalam sebuah masjid di Gaza. Menurut Hacham, militer Israel akhirnya membebaskan Syekh Yasin setelah mendekam setahun di penjara. Dia beralasan kepada para penyidik senjata-senjata itu bakal digunakan buat bertempur menghadapi Fatah bukan untuk melawan Israel.
Militer Israel terus memusatkan perhatian untuk menumpas Fatah. Mereka awalnya tidak mengetahui soal Piagam Hamas dibikin setahun setelah organisasi ini didirikan. Padahal piagam ini menyatakan Hamas tidak mengakui Israel dan bersumpah membebaskan seluruh wilayah Palestina dari penjajahan Israel. Konsultasi rutin dengan para pentolan Hamas terus berlanjut. Hacham masih ingat dia menjemput Mahmud Zahar untuk bertemu Yitzhak Rabin.
Hamas terus menguat. Mereka beroperasi di tiga sektor: kesejahteraan sosial, politik, dan militer. Di bidang politik mereka memiliki Majelis Syura terdiri dari 60 orang. "Mereka merupakan perwakilan dari Gaza, Tepi Barat, penjara-penjara Israel, negara pengasingan, dan Biro Politik," kata Mahmud Zahar.
Biro Politik merupakan lembaga pembuat keputusan tertinggi dalam Hamas dan beranggotakan 15 orang. Khalid Misyaal kembali terpilih untuk keempat kalinya sebagai kepala Biro Politik Hamas dalam pemilihan biasa digelar secara rahasia pada April 2013. Dia bakal menjabat untuk empat tahun mendatang. "Kami hanya boleh memberitahu siapa terpilih, tapi kamu tidak berhak tahu di mana dan kapan pemilihan dilangsungkan," ujar kepala perwakilan Hamas di Libanon Usamah Hamdan.
Cohen memperkirakan sudah sulit buat melumat Hamas karena mereka telah begitu mengakar di Gaza. Dia terkenang nasihat seorang ulama Gaza meminta Israel berhenti bekerja sama dengan Syekh Yasin. "Dia bilang kepada saya: ‘Kalian akan sangat menyesal 20-30 tahun ke depan.’ Dia benar."