kabar
Perang kian membuktikan Yaman Utara dan Selatan mesti terpisah
"Apa yang terjadi dalam perang saat ini menunjukkan perbedaan budaya dan identitas antara Yaman Utara dan Selatan," kata Ali Baharun.
13 April 2015 06:25Milisi pendukung Presiden Abdurabbu Mansyur Hadi di Kota Aden, Yaman Selatan. (bbc.com)
Ali Baharun, pengusaha asal Kota Aden, selatan Yaman, menegaskan perang tengah berlangsung di negaranya kian membuktikan Yaman Utara dan Selatan mesti berpisah.
"Yaman hanya bakal aman bila wilayah selatan mendapat otonomi (terpisah)," kata Baharun kepada Albalad.co melalui surat elektronik Sabtu pekan lalu. "Apa yang terjadi dalam perang saat ini menunjukkan perbedaan budaya dan identitas antara Yaman Utara dan Selatan."
Yaman Utara dan Yaman Selatan tadinya dua negara berdaulat. Yaman Utara memperoleh kemerdekaan pada 1 November 1918 dan beribu kota di Sanaa, sedangkan Yaman Selatan berdiri pada 30 November 1967 beribu kota di Aden. Kedua negara ini bergabung menjadi Yaman pada 22 Mei 1990.
Dia menjelaskan situasi di Aden benar-benar mengerikan sekaligus menyedihkan. Pasukan koalisi Arab dipimpin Arab Saudi terus menggempur basis milisi Syiah Al-Hutiyun. Di lain pihak, pertempuran kota antara Al-Hutiyun menghadapi pasukan loyalis Presiden Abdurabbu Mansyur Hadi masih berlangsung di jalan-jalan.
Situasi ini memaksa warga sipil mengungsi ke pinggiran Aden. Dia mengklaim penduduk Aden menyokong penuh intervensi militer Saudi. "(Mereka) mendukung penuh serangan Saudi. Mereka bertempur menghadapi pemberontak Al-Hutiyun tanpa kenal lelah," ujarnya.
Operasi militer bersandi Badai Ketegasan dipimpin Arab Saudi ini sudah memasuki pekan ketiga, namun belum ada tanda-tanda bakal berakhir.
Meski situasi keamanan menakutkan, Baharun belum berniat mengungsi dari Aden. Dia juga tidak berencana pindah ke negara lain. "Saat ini kami sedang membela negara dan rakyat kami," tutur Presiden Majelis Pasukan Sipil Yaman ini.