kabar
Jihad Anas di palagan Suriah
"Istri saya orang Betawi dan anak saya ada yang jadi anggota TNI," ujarnya.
17 Juni 2015 09:31Seorang anak lelaki bermain sepeda di tengah bangunan rusak di Kota Homs, barat Suriah. (Yazan Homsy/Sunday Times)
Dia tidak mau memberitahu nama aslinya demi alasan keamanan. Dia mengaku bernama Anas. Usianya sudah lebih dari setengah abad, namun semangatnya masih menyala.
"Saya akan tetap bertempur meski berpuasa," kata lelaki berkacamata ini dalam bahasa Indonesia cukup fasih kepada Albalad.co hari ini melalui WhatsApp. Albalad.co sudah mengenal dia lebih dari setahun dan selalu bertukar kabar.
Dia lebih suka berkomunikasi dengan bahasa Indonesia agar tidak mudah disadap musuh. Dia mengaku pernah lama tinggal di Indonesia. "Istri saya orang Betawi dan anak saya ada yang jadi anggota TNI," ujarnya.
Sudah lima kali Ramadan Suriah porak-poranda oleh perang saudara. Konflik kian rumit setelah milisi ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), didominasi warga non-Suriah, terlibat.
Menurut Anas, pertempuran tidak akan berhenti sementara selama Ramadan. Dia mengaku berbasis dekat Ibu Kota Damaskus ssehingga tidak kesulitan mendapat bahan makanan, termasuk untuk berbuka puasa dan makan sahur. "Roti bikin sendiri, kaadang dapat daging dari hasil menangkap kelinci dan burung," tuturnya. "Kalau kita dekat kampung muslim, warga bawa makanan seadanya."
Bagi orang-orang seperti Anas, menghancurkan rezim Basyar al-Assad adalah jihad atau perang suci atas nama agama. Dari pihak pemerintah pun, tidak ada seruan untuk menghentikan perang selama Ramadan.
Kesucian Ramadan rupanya belum mampu meredupkan dendam bercampur amarah untuk sementara waktu. Pasukan pemerintah dan pemberontak akan terus saling bertarung nyawa dan menumpahkan darah.