kabar
Kejutan angpau dari Syekh Khair
Sepuluh mahasiswa Indonesia menerima angpau masing-masing Rp 130 ribu saat bersilaturahmi ke rumah Syekh Khair Syaal di Damaskus.
23 Juli 2015 09:48Syekh Khair Syaal (tengah dan bergamis putih) berpose bareng mahasiswa Indonesia berlebaran ke rumahnya di Ibu Kota Damaskus, Suriah, Ahad, 19 Juli 2015. (KBRI di Damaskus buat Albalad.co)
Benar sabda Nabi Muhammad. Salah satu khasiat bersilaturahim adalah memperbanyak rezeki.
Sepuluh mahasiswa Indonesia di Suriah membuktikan hal itu dua hari setelah Idul Fitri, saat mereka bersilaturahmi ke kediaman tiga ulama di Ibu Kota Damaskus, yakni Syekh Dr Taufiq al-Buthi, Syekh Dr Khair Syaal, dan Syekh Dr Hani Syaal.
Lawatan itu dipimpin Mahrus, Ketua PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Suriah. "Ini kebiasaan kami setiap tahun. Selain bersilaturahim, kami minta didoakan agar studi kami lancar, apalagi di tengah krisis akhir-akhir ini," katanya, seperti dilansir siaran pers KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Damaskus diterima Albalad.co hari ini.
Kunjungan pertama ke rumah Syekh Taufiq, Ketua Persatuan Ulama Suriah. Putra dari ulama besar Suriah Dr Said Ramadan al-Buthi ini gemar berkopiah hitam.
Mereka lantas meneruskan perjalanan ke kediaman Syekh Khair, pengajar di universitas-universitas dan masjid di sekitar Damaskus, khususnya di Institut Syekh Ahmad Kaftaro, di mana sebagian besar mahasiswa Indonesia berkuliah. Dia juga dokter gigi membuka praktek saban hari dekat tempat tinggalnya.
Di sinilah sepuluh mahasiswa Indonesia itu menerima kejutan berupa angpau masing-masing tiga ribu pound Suriah atau kini setara Rp 130 ribu. "Apakah di Indonesia ada kebiasaan idiyah (angpau lebaran)?" tanya Syekh Khair. Para pelajar mengangguk sambil tersenyum malu. Lalu Syekh Khair segera membagikan angpau itu.
Menurut A.M. Sidqi, Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI di Damaskus, tidak saban tahun mahasiswa Indonesia menerima angpau dari ulama Suriah. "Dulu pernah tapi nggak mesti," ujarnya kepada Albalad.co melalui WhatsApp hari ini. "Itu uang lumayan besar, apalagi sedang krisis begini."
Kunjungan terakhir ke rumah Syekh Hani. Dia meminta mahasiswa Indonesia menyanyikan nasyid. "Saya dengar salawat di Indonesia memiliki keragaman dan keunikan," tuturnya.
Alhasil, jangan tinggalkan silaturahim ke para ulama. Bukan angpau diharap namun keberkahan ilmu mereka bisa didapat.