kabar
Satu pelaut Indonesia meninggal saat disandera perompak Somalia
Pemerintah membantah membayar uang tebusan untuk membebaskan empat pelaut itu.
24 Oktober 2016 07:19Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 24 Oktober 2016 memberikan jumpa pers soal pembebasan 26 sandera oleh perompak Somalia, termasuk empat pelaut Indonesia. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Sejatinya, ada lima pelaut Indonesia ikut disandera bareng 23 warga negara asing oleh perompak di Somalia. Namun satu kru kapal asal Indonesia meninggal dua tahun lalu karena sakit.
Dalam jumpa pers di kantornya hari ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan kapal Naham 3 dibajak perompak Somalia di sekitar perairan Sychelles pada 26 Maret 2012 memiliki 29 anak buah kapal. "Satu kru meninggal saat terjadi pembajakan, yaitu kapten kapal," katanya. "Dua sandera lainnya meninggal karena sakit pada 2014, salah satunya adalah warga negara Indonesia atas nama Nasirin, asal Cirebon, karena sakit malaria."
Retno mengatakan ke-26 pelaut dibebaskan Sabtu lalu itu berasal dari Filipina, Kamboja, Taiwan, Cina, Vietnam, dan empat pelaut Indonesia, yakni Sudirman, Supardi, Adi Manurung, dan Nelson Pesireron. Dia menambahkan semua sandera itu sudah tiba di Ibu Kota Nairobi, Kenya.
Dia bilang secara umum keempat kru dari Indonesia ini dalam keadaan sehat. Retno mengaku telah berbicara melalui telepon dengan Sudirman, satu dari empat sandera asal Indonesia telah dibebaskan, seperempat jam setelah mereka mendarat di Nairobi.
Menurut rencana, kata Retno, keempat pelaut Indonesia itu akan menjalani pemeriksaan kesehatan. "Diperkirakan akan diperlukan beberapa hari untuk proses pemulihan sebelum keempat sandera warga negara Indonesia tersebut dipulangkan ke Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan pihak keluarga sudah diberitahu soal pembebasan keempat tawanan asal Indonesia itu. Bahkan, menurut dia, selama dua tahun upaya pembebasan - melibatkan negara-negara yang warganya disandera, beragam organisasi nirlaba internasional, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa - Kementerian Luar Negeri rutin berkomunikasi dengan pihak keluarga untuk memberitahu perkembangan dari usaha itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengakui upaya pembebasan berlangsung cukup lama lantaran melibatkan banyak pihak. Dia membantah keempat sandera asal Indonesia itu dilepaskan setelah membayar uang tebusan. "Posisi pemerintah Indonesia selama ini tetap bahwa kita, pemerintah, tidak mempunyai kebijakan untuk membayar pembajak dengan uang."
Para perompak Somalia itu pertama kali membajak kapal dagang besar pada 2005. Peristiwa serupa terus meningkat akibat perang saudara melanda negara itu dan langkanya lapangan pekerjaan.
Pada 2012, pembajakan di Somalia merugikan perekonomian global antara US$ 5,7 miliar hingga US$ 6,1 miliar. Pembajakan mencapai puncaknya di 2011, ketika itu terdapat 736 sandera dan 32 kapal ditawan.