kabar
Empat mantan sandera di Somalia diserahkan kepada keluarga
Keempat pelaut Indonesia ini termasuk dalam 26 sandera dibebaskan oleh perompak Somalia pada 22 Oktober lalu.
31 Oktober 2016 21:49Keharuan menyelimuti proses penyerahan empat mantan sandera Indonesia di Somalia oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di kantornya, 31 Oktober 2016. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Tangis pecah saat keempat mantan sandera di Somalia itu kemarin bertemu keluarga di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri di Jakarta. Keempat bekas tawanan itu - Elson Pesireron (32 tahun) asal Ambon, Supardi (34 tahun) dari Cirebon, Sudirman (24 tahun) asal Medan, dan Adi Manurung (32 tahun) dari Medan - saling berpelukan dengan anggota kerabat masing-masing dalam proses serah terima dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Keempat pelaut Indonesia ini termasuk dalam 26 sandera dibebaskan oleh perompak Somalia pada 22 Oktober lalu.
Dalam sambutannya, Retno Marsudi menjelaskan usaha pembebasan keempat sandera itu di Somalia kian diintensifkan setelah ada instruksi dari Presiden Joko Widodo Januari tahun lalu. Dia mengakui proses pelepasan berlangsung lama karena begitu rumitnya situasi di Somalia dan beragam kesulitan lainnya.
Dia bilang selama satu setengah tahun para sandera itu ditawan dalam kapal dan tiga tahun lainnya baru dibawa ke daratan.
"Dapat saya sampaikan pada detik-detik terakhir menjelang pelepasan sandera, masih terdapat upaya kelompok lain ingin mengambil alih para sandera," katanya. Hal ini menunjukkan betapa rumitnya situasi setempat sehingga upaya pembebasan sandera memakan waktu cukup lama." kata Retno.
Dia menambahkan pada 23 Oktober 2016 para sandera tiba di bandar udara di Ibu Kota Nairobi, Kenya, dan langsung dijemput oleh duta besar Indonesia dan tim dari Kementerian Luar negeri dipimpin Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia.
Retno kemudian meminta keempat sandera telah dibebaskan itu dibawa ke Wisma Indonesia. "Agar mereka langsung merasa masuk ke rumah Indonesia," ujarnya.
Sehari berselang, menurut dia, Elson Pesireron, Supardi, Sudirman, dan Adi Manurung, menjalani pemriksaan kesehatan dan pemulihan. Mereka tiba di Indonesia Jumat pekan lalu. Dua hari kemudian, keempat pelaut ini mengunjungi rumah keluarga mendiang Nasirin di Cirebon.
Selain untuk memyanpaikan ucapan duka, kata Retno, keempat bekas sandera di Somalia itu menyampaikan kepada kerabat Nasirin, prosesi pemakaman jenazah Nasirin berlangsung sesuai syariat Islam.
Seraya menahan haru, Semi Pesireron, kakak dari Elson Pesireron, menjelaskan pihak keluarga baru mendapat kabar Elson disandera pada 2013. Mereka kemudian meminta konfirmasi kepada pihak agen mengirim Elson bekerja, namun hasilnya mengecewakan.
"Awal 2015, dari pihak Kemenlu ada beberapa stafnya mendatangi keluarga masing-masing. Ada yang ke Ambon, Medan, Cirebon, untuk menginformasikan kepada kami mengenai keberadaan anak-anak maupun saudara-saudara kami berada di Somalia," tuturnya. "Itu informasi awal kami terima dan kami sangat bersyukur karena semenjak 2013 sampai awal 2014, tidak ada labar kami terima sebagai keluarga," kata Semi.
Sejatinya, ada 29 anak buah kapal Naham 3, berbendera Oman, diculik sejak Maret 2012, ketika kapal ini tengah berlayar di Samudera Hindia dirompak di selatan Seychelles. Namun satu pelaut meninggal saat pembajakan dan dua lainnya, termasuk Nasirin dari Indonesia, mengembuskan napas terakhir karena sakit selama ditawan.
Selain dari Indonesia, 26 sandera dibebaskan itu berasal dari Kamboja, Cina, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Mereka bekerja di Naham 3 milik perusahaan Al-Naham 3 Fishing Company, berkantor pusat di Ibu Kota Muskat, Oman. Sedangkan operator kapal Naham 3 itu adalah Jiang Chang Marine Enterprises, perusahaan di Taiwan. Para pelaut Indonesia ini diberangkatkan oleh perusahaan agen kapal di Singapura bernama Step Up Marine Enterprises Pte. Ltd.