kabar
Bin Salman berambisi rebut kewenangan urus Al-Aqsa dari Yordania
Bagian lain dari proposal damai Trump adalah mengupayakan normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab dan muslim, termasuk Arab Saudi.
15 Juni 2021 13:01Seorang warga Palestina pada Mei 2021 salat di halaman Masjid Al-Aqsa. (Telegram/Maydan al-Quddus)
Faisal Assegaf
Menguasai Masjid Al-Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah, rupanya belum membuat Putera Mahkota sekaligus pemimpin de facto Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman merasa puas. Dia berambisi merebut kewenangan buat mengurus kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, Palestina, dari Yordania.
Yordania memperoleh kewenangan itu setelah menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1994, sehabis negara Zionis mencaplok Yerusalem Timur pada Juni 1967.
Karena itulah, anak dari Raja Salman bin Abdul Aziz itu menggaet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump buat memuluskan rencananya itu ketika keduanya masih berkuasa.
Netanyahu terdepak dari jabatannya Ahad lalu dan Trump habis masa jabatannya Januari tahun ini.
Surat kabar the Washington Post Sabtu pekan lalu melaporkan persekongkolan Bin Salman-Netanyahu-Trump ini bukan untuk melengserkan Raja Yordania Abdullah bin Husain dari takhta, tapi memaksa penguasa negara Bani Hasyim itu menyerahkan otoritas atas Al-Aqsa kepada Bin Salman.
"Trump merasa yakin Raja Abdullah menjadi rintangan bagi proses perdamaian," kata seorang mantan pejabat senior CIA (dinas rahasia luar negeri Amerika).
Rencana Bin Salman itu bagian dari proposal damai Palestina-Israel dirancang Trump. Bin Salman dan Netanyahu mendukung gagasan Trump itu, sedangkan Raja Abdullah menolak.
Ketiga pemimpin itu akhirnya menyokong Pangeran Hamzah bin Husain (saudara tiri Raja Abdullah), Bassam Awadullah (mantan menteri eks kepala rumah tangga istana Raja Abdullah), dan Syarif Hasan bin Ziad (kerabat jauh Raja Abdullah) untuk melawan Raja Abdullah.
Rencana busuk itu tercium April lalu. Ketiga orang itu ditangkap April lalu. Namun Pangeran Hamzah dibebaskan lewat mediasi keluarga, sedangkan Bassam dan Syarif Hasan diajukan ke pengadilan militer.
"Tujuan utama kami adalah Al-Aqsa," ujar Awadullah. "Raja (Abdullah) menggunakan kewenangannya itu untuk mengintimidasi dan mempertahankan perannya di Timur Tengah."
Seorang eks pejabat Amerika diberitahu oleh Abdullah, Bin Salman murka lantaran gagal mencapai ambisinya itu.
Selain Bin Salman, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga bernafsu buat menguasai Al-Aqsa sebagai upaya untuk dianggap sebagai pemimpin umat Islam sejagat.
Bagian lain dari proposal damai Trump adalah mengupayakan normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab dan muslim, termasuk Arab Saudi.
Usaha ini tahun lalu berhasil menarik empat negara Arab - Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko - buat sepakat membina hubungan diplomatik dengan negara Zionis itu.
Kosovo mengikuti jejak keempat negara Arab itu pada 1 Februari lalu.