olahraga
Blatter sebut ada intervensi Prancis dan Jerman sehingga Qatar terpilih
"Tuan Sarkozy dan Wulff berusaha mempengaruhi perwakilan mereka. Itulah kenapa kita sekarang bakal menggelar Piala Dunia 2022 di Qatar," kata Blatter.
05 Juli 2015 08:29Stadion Lusail di Ibu Kota Doha, Qatar, karya Foster + Partners. (arabianbusiness.com)
Presiden FIFA (badan sepak bola dunia) Sepp Blatter bilang tekanan politik dari Prancis dan Jerman membikin Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Menurut Blatter, campur tangan itu datang dari mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan bekas Presiden Jerman Christian Wulff. Intervensi ini terjadi sebelum pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 digelar di Kota Zurich, Swiss, 2 Desember 2010.
"Tuan Sarkozy dan Wulff berusaha mempengaruhi perwakilan mereka. Itulah kenapa kita sekarang bakal menggelar Piala Dunia 2022 di Qatar," kata Blatter kepada surat kabar Welt am Sonntag terbitan Jerman. "Keduanya mesti bertanggung jawab."
Blatter mengaku lelah disalahkan terus atas terpilihnya Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022. Dirinya menjadi sorotan setelah skandal korupsi di tubuh FIFA terbongkar. Gara-gara tertekan, Blatter akhirnya mengumumkan bakal mundur sebagai presiden FIFA.
"Saya bertindak atas prinsip kepemimpinan," ujarnya. "Bila sebagian besar anggota Komite Eksekutif (FIFA) ingin Piala Dunia dilangsungkan di Qatar, saya harus menerima itu."
Terpilihnya Qatar memang memicu polemik. Tradisi Piala Dunia sepanjang Juni-Juli tidak bisa dilaksanakan di negara Arab superkaya ini karena suhu udara di dua bulan itu kelewat panas, bisa mencapai 50 derajat Celcius. Karena itu FIFA membuat keputusan bersejarah: Piala Dunia 2022 digelar musim dingin, yakni pada November-Desember.
Blatter memperkirakan DFB (Federasi Sepak Bola Jerman) menerima rekomendasi dari Wulff untuk memilih Qatar dengan alasan kepentingan ekonomi.
Mantan Presiden DFB Theo Zwanziger dalam bukunya menulis Wulff memang pernah menanyakan kepada dirinya soal kesempatan terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Tapi Zwanzuger membantah hal itu sebagai intervensi. Franz Beckenbauer, anggota Komite Eksekutif FIFA dari Jerman waktu itu, tidak pernah mengisyaratkan negara mana dia pilih.
Kenyataannya memang membuktikan. Banyak perusahaan Jerman, seperti Deutsche Bahn, Hochtief, mengerjakan proyek Piala Dunia di Qatar, bahkan sebelum negara itu terpilih sebagai penyelenggara.