palestina
Prancis bantah Arafat meninggal diracun
Tim ahli dari Swiss meyakini sebaliknya setelah menemukan jejak polonium melebihi kadar normal di barang-barang pribadi milik Arafat.
17 Maret 2015 03:19Pemimpin Palestina Yasir Arafat. (thetimes.co.uk)
Para ahli Prancis membantah pemimpin Palestina Yasir Arafat meninggal karena diracun. Jaksa Catherine Denis dari kantor Kejaksaan Nanterre, pinggiran barat Ibu Kota Paris, Prancis, menjelaskan tim ahli negara itu tidak menemukan penyebab mencurigakan dari kematian Arafat.
Temuan ini sesuai kesimpulan dari tim ahli Rusia, namun para ahli dari Swiss mengatakan teori Arafat wafat diracun sesuai hasil penelitian mereka.
Sebuah pusat penelitian di Kota Lausanne, Swiss, telah menguji contoh-contoh biologis diambil dari barang-barang pribadi milik Arafat. Dari hasil tes terhadap sejumlah sampel diberikan istri Arafat seusia kematiannya, tim ahli menemukan polonium dalam kadar melebihi batas normal. Polonium merupakan zat radioaktif dapat membunuh bila kadarnya terlalu tinggi.
"Para ahli Prancis menegaskan polonium 210 dan zat serupa ditemukan dalam kubur Arafat serta dalam sejumlah contoh memang bersifat alamiah," kata Denis.
Arafat wafat dalam usia 75 tahun pada 11 November 2004 di rumah sakit militer Percy de Clamart, dekat dengan Paris. Dia diterbangkan ke sana akhir Oktober setelah mengalami sakit perut ketika berada di markasnya, Kota Ramallah, Tepi Barat. Dia tinggal di sana sejak Desember 2001 dalam kepungan tentara Israel.
Suha, janda Arafat, mengajukan gugatan ke pengadilan di Nanterre pada 2012. Dia mengklaim suaminya itu tewas dibunuh. Tudingan itu memicu tekanan untuk menyelidiki sebab kematian Arafat.
Di tahun itu pula, pusara Arafat dibongkar beberapa jam. Tim ahli dari Prancis, Rusia, dan Swiss telah ditunjuk mengambil sekitar 60 sampel dari dalam kubur itu.
Banyak rakyat Palestina meyakini Israel telah meracuni Arafat dengan bantuan orang-orang terdekatnya.