palestina
Mayoritas rakyat Palestina yakin tidak akan ada negara Palestina
Sekitar 48 persen warga Palestina mendukung perlawanan bersenjata dan Intifadah dalam menghadapi penjajah Israel.
18 Januari 2021 15:00Satu keluarga miskin di Kota Gaza bepergian menggunakan gerobak keledai, 22 Otober 2012. (Faisal Assegaf/Albalad.co)
Faisal Assegaf
Masih terbelahnya bangsa Palestina dan lemahnya sokongan masyarakat internasional, terutama dari 57 negara berpenduduk mayoritas muslim tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), membikin kian banyak rakyat Palestina yakin tidak akan ada negara Palestina dalam lima tahun ke depan.
Hal ini terlihat dari hasil jajak pendapat oleh the Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) bulan lalu (Desember 2020).
"Sebanyak 75 persen warga Palestina percaya kesempatan untuk membuat negara Palestina bertetangga dengan Israel dalam lima tahun mendatang tidak ada," kata PCPSR dalam situs resminya.
Sila baca: Palestina, sebuah negara khayalan
Poling ini dilakukan selama 8-11 Desember 2020 lewat wawancara tatap muka dan melibatkan 1.270 orang dewasa.
Survei itu menunjukkah pula 62 persen rakyat Palestina menganggap solusi dua negara tidak bisa diimplementasikan untuk terwujudnya kemerdekaan Palestina.
Solusi dua negara memang bukan lahir dari hasil referendum digelar oleh Palestina. Konsep ini diusulkan oleh Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz pada 2002 dalam Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Ibu Kota Beirut, Libanon.
Sekitar 48 persen warga Palestina mendukung perlawanan bersenjata dan Intifadah dalam menghadapi penjajah Israel. Hanya 38 persen menyokong perundingan sebagai cara terbaik buat merdeka.
Nasib bangsa Palestina kian remuk oleh beragam terobosan kontroversial diambil oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama empat tahun berkuasa. Salah satunya pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan tidak dapat dibagi dua dengan Palestina.