kabar
Taipan Yahudi pemindah Kedutaan Amerika ke Yerusalem wafat
Bagi Sheldon Adelson, pemindahaan Kedutaan Amerika ke kota suci bagi tiga agama itu merupakan puncak dari kampanye bertahun-tahun dan dukungannya buat Trump dan Partai Republik.
14 Januari 2021 03:09Sheldon Adelson, konglomerat Yahudi menjadi pendonor utama bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Press TV)
Faisal Assegaf
Sheldon Adelson duduk di deretan kursi terdepan ketika peresmian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem, 14 Mei 2018, setelah dipindah dari Ibu Kota Tel Aviv, Israel. Maklum saja, dia adalah penyokong dana terbesar bagi Presiden Amerika Donald Trump, akan menghabiskan masa jabatannya enam hari lagi, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bakal menghadapi pemilihan umum keempat dalam dua tahun terakhir pada 23 Maret.
Dia mendorong Trump untuk membikin keputusan bersejarah: mengakui Yerusalem ibu kota Israel di awal Desember 2017, dilanjutkan dengan pemindahan Kedutaan Amerika ke sana.
Bagi Sheldon Adelson, konglomerat kasino Amerika berdarah Yahudi merupakan pendukung setia Israel, pemindahaan Kedutaan Amerika ke kota suci bagi tiga agama itu merupakan puncak dari kampanye bertahun-tahun dan dukungannya buat Trump dan Partai Republik.
Taipan mengembuskan napas terakhir Senin malam lalu waktu Amerika ini bahkan merelakan sebagian dari hartanya senilai US$ 36 miliar (kini setara Rp 508 triliun) dipakai untuk membangun Kedutaan Amerika di Yerusalem. Di menemui ajal lantaran komplikasi akibat kanker sistem limfatik, jaringan menangkal penyakit di tubuh mencakup kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus, dan sumsum tulang.
Ketika Trump maju dalam pemilihan presiden di 2016, Adelson menyumbang fulus US$ 30 juta, dilanjutkan dengan derma sebesar US$ 100 juta bagi Partai Republik dalam pemilihan umum 2018. Secara keseluruhan, putra dari sopor taksin di Boston ini menghabiskan US$ 250 juta untuk para kandidat dari Republik sedari 2015.
Adelson merupaan pendonor utama buat Netanyahu sejak dia pertama kali menjabat perdana menteri Israel pada 1996, seperti dilansir Yediot Ahronot.
Setelah secara mengejutkan terpilih, Trump kerap berbicara dengan Adelson dan menyambut dengan terbuka gagasan-gagasan garis keras Adelson dalam membela Israel.
Adelson juga dikenal menentang berdirinya negara Palestina merdeka dan berdaulat. "Solusi dua negara adalah pijakan bagi kehancuran Israel dan bangsa Yahudi," katanya dalam wawancara khusus dengan the New York Jewish Week.
Sebelum bertemu istri keduanya Miriam Farbstein, Adelson lebih banyak mengurusi bisnis dan lawatannya ke Israel masih hitungan jari. Namun sejak kedua berumah tangga pada 1991, setelah bercerai dari istri perdana bernama Sarah, Adelson aktif dalam kegiatan amal, termasuk menyumbang untuk permukiman Yahudi di Tepi Barat, membiayai monumen-monumen peringatan Holocaust, dan mendanai prgram pengiriman anak-anak muda Yahudi ke Israel.
Di akhir hayatnya, Adelson tentu puas Yerusalem akhirnya menjadi milik Israel setelah Trump mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel dan tidak dapat dibagi dua dengan Palestina. Sebuah keputusan tidak pernah berani diambil oleh presiden-presiden Amerika sebelumnya.